Joshua Rivaldo Menatap Haru Para Dosen Dan Suasana Gedung Saat Dirinya Diwisuda Sebagai Sarjana Informatika

JAKARTA CITY||
Radarberitanasional.co.id-
Joshua Rivaldo menatap haru para dosen dan suasana gedung saat dirinya diwisuda sebagai sarjana informatika, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Selatan, Kamis (22/2/2024). Anak semata wayang dari seorang ibu berdarah sumut ini tertunduk haru dengan linangan kecil air mata yang tertahan.
Tak disangka, sebuah perjuangan dalam masa remajanya berakhir sukses. Lalu, matanya dia sorotkan kepada sang ibu, yang akrab disapa Dheva yang tengah duduk dalam gedung JCC itu yang memang sengaja menghadiri untuk menyaksikannya, juga tampak dengan penuh rasa haru bercampur bahagia.
Acara wisuda mahasiswa lulusan Universitas Gunadarma, Depok itu menjadi lembaran baru untuk langkahnya, untuk seorang Joshua guna lebih lanjut di tengah dunia yang mega politan ini,kerja dikota Jakarta yang harus siap segala sesuatunya.
Hari itu Joshua menggenggam tangan orangtuanya dengan erat,dan mengungkap terima kasih dari hatinya yang tulus. Dia sadar, tanpa mereka, apalah artinya perjuangan seorang anak. Itu sebuah gumam di lubuk hatinya yang terdalam terbaca nanar di bola matanya yang berkaca kaca.
Hari itu Universitas Gunadarma mewisuda 3.000 mahasiswanya usai dinyatakan lulus perkuliahan di lembaga pendidikan tinggi itu. Orang tua yang menjadi undangan utama terharu biru menyaksikan anak-anak mereka berhasil di kampus yang mereka jadikan tumpuan segudang harapan bekal masa depan setiap hari.
Kisah sukses anak-anak mahasiswa Indonesia penuh warna-warni. Sejak pertama kuliah, banyak pengalaman baru yang mereka temukan. Proses-proses perkuliahan sering membuat idealisme mereka membuncah ingin meraih hidup yang jauh selangkah lebih baik dari kedua orangtua mereka. Tapi, juga ada saat-saat di mana konsentrasi mereka buyar dan hendak menghentikan langkah yang telah diawali.
Rutinitas kesibukan kuliah, menghadapi dosen setiap hari di ruang kuliah yang kadang pengap, menyimak teori dan ilmu yang tak mudah ditangkap dan bikin mumet pikiran, ditambah lagi sedikit salah pengertian dengan orang tua di rumah, semua pengalaman itu jadi warna yang telah mengukir jejak kaki mereka di dunia kampus.
Maka saat wisuda digelar dan ijazah kesarjanaan diraih, hati dan pikiran terasa plong. Rasa gembira bercampur syukur langsung membuncah di hati mereka.
Bagi Joshua, capaian IP 3,25 di jurusan informatika itu dipandang sebagai hasil terbaik yang bisa diraih. Tak ingin berlebihan dan sombong, Joshua memilih bersyukur kepada Tuhan atas pencapaian ini.
Sementara, sang ibu, Dheva sendiri yang menunggu dengan bangga saat wisuda anak tunggalnya itu tak bisa berkata-kata menyaksikan nama Joshua dipanggil dalam acara wisuda itu.
“Saya sangat bangga. Hati saya terharu. Mata saya sempat meneteskan air mata bahagia. Saya bangga akhirnya saya bisa mengantarkan anak saya melewati dunia kampus. Sebagai seorang ibu, saya telah berjuang, ya berjuang keras untuk kesuksesan anak saya. Tentu, semua ini dicapai dengan jalan berliku. Tak selalu indah, memang. Jalan berliku sering kami alami. Ada saat dimana saya dan Joshua salah pengertian karena kami punya keinginan yang tak selamanya bisa padu satu sama lain. Tapi, itulah jalan hidup kami. Terhadap semuanya, saya hanya bisa bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada anak saya serta semua orang yang telah membantu dia. Semoga dia tetap menjadi panutan, sekalipun dia anak tunggal. Saya berharap dia bisa membanggakan saya,” tutur Dheva Pinot.
Joshua lulus SMA Asisi. Dengan bekal ilmu dan minat ia melanjutkan jenjang pendidikannya ke Universitas Gunadarma di Depok, Jawa Barat. Selesai 8 semester, dirinya diwisuda bersama 3.000 mahasiswa temannya.
Di saat ribuan mahasiswa diwisuda, di luar sana, lowong kerjanya itu masih begitu sempit. Bukan lagi soal kompetisi yang harus mereka hadapi, tapi soal lowong kerja yang masih problematis.
Saat ini ada 7,8 juta orang masih menganggur di Tanah Air. Sekalipun informasi tentang lowongan kerja bertebaran di dunia maya, ternyata tak mudah mendapat pekerjaan impian. Masih ada jutaan orang berjibaku mencari kerja. Mereka berharap-harap cemas.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2023 di Tanah Air ada 7,8 juta orang berkategori tingkat pengangguran terbuka (TPT). Pada saat yang sama TPT di Jakarta mencapai 6,53 persen.
Sangat dinantikan realisasinya. Fuji siyukur tak selalu mendung itu kelabu.
DP
Editor: Taer